Museum Kaca Terapung Ini Berupaya Menyorot Krisis Iklim Secara Tajam

Struktur kaca yang mencolok ini mungkin akan mulai mengapung di lautan tahun ini.
by Robb Report
0 comment

Luca Curci Architects menggunakan salah satu material paling rapuh di dunia untuk membuat pernyataan tentang kondisi iklim dunia.

Studio Italia yang didirikan oleh Luca Curci pada tahun 2006 ini baru saja mengungkapkan rencana pembangunan museum kaca inovatif yang akan mengapung di atas air untuk mendorong kesadaran lingkungan yang lebih besar di seluruh dunia.

Bagian dalam Floating Glass Museum. Foto : Luca Curci Architects.

Floating Glass Museum (ya, nama yang sesuai dengan perwujudannya) digagas oleh tim arsitek dan desainer internasional dengan dukungan kecerdasan buatan. Terinspirasi dari sejarah panjang produksi kaca di Venesia, strukturnya memadukan keahlian tradisional Italia dengan teknologi inovatif dan desain mutakhir secara artistik. Seperti yang dikatakan oleh Studio Luca Curci, “Museum ini akan menjadi sebuah sanctuary di mana sejarah kaca bertemu dengan eksperimen kontemporer.”

Tim dari Studio Arsitektur Luca Curci melakukan penelitian yang cermat terhadap material berbeda untuk memastikan museum ramah lingkungan, dari dalam maupun luar. Mereka juga mempelajari lingkungan sekitar untuk meminimalkan dampak bangunan terhadap lingkungan laut. Terlepas dari desainnya yang dipastikan berkelanjutan, museum ini akan berfungsi seperti Met atau MoMA. Dengan luas sekitar 3.800 kaki persegi, interior akan menampung karya seni sebagai sarana untuk mengundang kontemplasi, refleksi, dan penemuan. Museum juga akan menyoroti permasalahan-permasalahan lingkungan besar.

Bagian dalam Floating Glass Museum. Foto : Luca Curci Architects.

Proyek ini akan dipresentasikan di beberapa kota yang terkena dampak negatif terbesar dari perubahan iklim, seperti Dubai, New York, Hong Kong, Singapura, dan Busan. Meskipun tentu saja perubahan iklim mempengaruhi setiap negara di setiap benua. Pola cuaca berubah, bencana alam menjadi lebih ekstrem, dan emisi gas rumah kaca mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Lautan menyerap 90 persen panas yang terperangkap oleh emisi, yang menyebabkan lapisan es dan gletser mencair serta permukaan laut naik. (Para ilmuwan memperkirakan permukaan laut akan naik setidaknya satu kaki pada tahun 2100, tetapi terdapat juga kemungkinan kenaikan hingga 8 kaki.) Peningkatan suhu laut juga mempengaruhi spesies laut dan ekosistem, yang menyebabkan pemutihan karang dan pemberantasan tempat berkembang biak. Dengan mengundang para pecinta seni ke tengah lautan, museum ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang krisis iklim.

Bagian dalam Floating Glass Museum. Foto : Luca Curci Architects.

Mungkin tidak lama lagi kita bisa mengunjungi pameran tersebut. Curci telah memberikan proyek ini waktu realisasi yang cukup ambisius, yaitu satu tahun.

You may also like