Lal de Silva adalah sosok di balik The Harvest, sebuah pastry shop yang dibuka pada 2004. Bermodalkan pengalaman sebagai seorang chef di beberapa negara ia pun memberanikan diri untuk berhenti bekerja sebagai chef dan membuka The Harvest. Lal de Silva seorang pria yang lahir di Sri Lanka, pada usia delapan belas tahun ia merantau ke Australia dan memulai kariernya sebagai koki hotel. Selama di Australia Lal de Silva selalu bekerja di hotel berbintang lima, salah satunya adalah Melbourne Grand Hyatt sebelum akhirnya ia pindah ke Indonesia. Di hotel Four Seasons di bilangan Kuningan pun menjadi rumah Lal meniti kariernya sebagai seorang jago masak.
Pada awal membangun The Harvest, Lal de Silva mengutamakan passion untuk menghadirkan kualitas terbaik dari produknya. Ia ingin menghadirkan hidangan yang terbaik sehingga bisa dinikmati dan dihargai oleh pelanggan. Satu hal yang menarik Lal de Silva ketika ia melihat di Indonesia orang senang memberikan hadiah atau buah tangan kepada kerabat maupun koleganya, dan karena budaya ini The Harvest mengembangkan produk-produknya agar menjadi bagian dari buah tangan tersebut. Hasilnya produk buatan Lal menyebar dengan cepat di sejumlah kalangan, walaupun pada tahun 2004 belum ada media sosial yang bisa digunakan sebagai media promosi.
Gaya kepemimpinan Lal de Silva turut menjadi kunci sukses produk yang ia ciptakan. Ia mengatakan jika seorang pemimpin yang baik harus mampu memberikan contoh yang baik pula kepada timnya. Dengan memberikan contoh yang baik, ia percaya timnya bisa menghargai pekerjaan dan menyalurkan kemahirannya saat bekerja. Prinsip ini memang Lal pegang teguh sejak ia bekerja sebagai chef profesional dan terus dibawanya sampai terjun ke dunia bisnis food & beverage. Ia menilai memberikan contoh kepada timnya bisa sekaligus menularkan visi dan kemampuan bekerja di industri tersebut.
Lal de Silva menjunjung tinggi kualitas terhadap produknya. Ketika memulai semua bisnisnya, ia selalu mengutamakan kualitas dengan cara mempekerjakan tenaga profesional hingga menggunakan bahan dasar berkualitas tinggi. Bagi Lal, kualitas adalah nomor satu. Ia percaya dengan kualitas yang baik, pelanggan akan senang, jatuh cinta, dan kembali lagi membeli produknya. Selain faktor kualitas dan harga yang terjangkau, Lal tak lupa memberikan pengalaman yang berbeda kepada pelanggannya. Prinsip ini juga ia jalankan saat membangun PT Langgeng Dunia Selaras (LDS lifestyle) atau yang sering dikenal dengan LDS group. LDS lifestyle merupakan induk usaha yang menaungi sejumlah tempat kuliner ternama seperti: Cut&Grill, Balboni Ristorante, Terra Healthy Restaurant, Midas dining & lounge di Jakarta dan Bali. Selain restoran, LDS lifestyle juga membuka pusat kebugaran Reload Gym, hingga layanan kapal mewah yacht. Semua lini usaha yang dipimpin tetap memegang prinsip mengutamakan kualitas dan memberikan pengalaman menyenangkan bagi konsumennya.
Lal de Silva saat ini sudah menjalankan usaha kulinernya di sejumlah negara, ia telah menikmati kerja kerasnya membangun PT LDS hingga memiliki banyak anak usaha. Menurutnya industri makanan adalah potensi bisnis yang luas, dunia kuliner saat ini berkembang jauh lebih luas dibandingkan dengan beberapa dekade lalu. Lal membangun industri bisnisnya bermodalkan pengetahuan yang ia miliki dan kerja keras. Ia berpendapat mencari uang adalah hal yang berbeda dengan mencari kebahagiaan. Lal percaya bahwa manusia bisa hidup mencapai kesuksesan dengan bekerja keras namun untuk mencapai kesuksesan yang positif Lal juga menambahkan nilai integritas dalam kehidupannya. Keseluruhan ramuan sukses ini sudah dijalankan Lal de Silva dan berhasil membawanya ke posisi puncak saat ini.