Jelajah Barefoot Luxury di Barat Indonesia

Menyikap keindahan tersembunyi Bintan: resor private island Nikoi dan Cempedak.
by Audrea Denneisha
0 comment

Lebih dari 17.000 pulau tersebar di negeri ini. Dalam misi mengungkap surga-surga tersembunyi di dalamnya, kali ini mata kami tertuju pada Kabupaten Bintan. Di balik keindahannya yang tersirap, Kabupaten Bintan menyimpan ragam pulau kecil dengan potensi besar. Inilah yang saya temukan dalam Nikoi Island dan Cempedak Island, dua private island resort yang diselimuti kisah indah di setiap sudutnya.

Nikoi Private Island dan Cempedak Private Island merupakan karya seumur hidup Andrew Dixon, seorang investment banker dari Australia yang membangun kedua pulau dari nol. Awal pertemuannya dengan dunia hospitality adalah kisah yang menarik. Berangkat dari kecintaannya pada alam, Andrew menemukan Nikoi Island secara tidak sengaja saat mengeksplorasi pulau-pulau kecil di pesisir Bintan bersama Peter Timmer, warga Amerika Serikat yang telah lama tinggal di Bintan. “Bersama Peter, kami menyewa perahu nelayan kecil untuk satu hari guna melihat sebuah pulau yang kabarnya dijual. Tetapi, kami melihat Nikoi dari kejauhan dan tak bisa menahan godaan untuk menjelajahinya,” kisahnya. Terkesima dengan keindahan alami Nikoi, Andrew dan lima kawannya menjadikan Nikoi Island sebagai private weekend getaway, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membangun eco-resort di tahun 2005 dan membagikan keindahannya kepada lebih banyak orang. 

Nikoi Island. Foto: Nikoi & Cempedak Private Island.

Lebih dari satu dekade setelah Andrew mendarat di Nikoi untuk pertama kalinya, Cempedak Island pun dibuka pada tahun 2017. Melihat tren purposeful travel yang kian berkembang, premis kedua private island resort ini tampak menjanjikan: pulau yang masih natural, mengedepankan keberlanjutan, dan menjamin ketenangan sembari memberikan layanan terbaik. 

 

Desa Bambu di Hutan Alami Cempedak Island

Destinasi pertama saya adalah Cempedak Island, yang memakan waktu perjalanan kapal sekitar 45 menit. Memasuki menit ke-40, pulau rimbun dikelilingi batu granit dengan bangunan-bangunan mencolok berbentuk bulan sabit mulai memasuki pandangan. Sebuah jetty menghubungkan laut dengan pantai berpasir putih di sekeliling pulau, yang mengarahkan para tamu ke satu-satunya restoran di pulau ini.

Seaview Villa Cempedak Island. Foto: Nikoi & Cempedak Private Island.

Hutan hujan lebat meliputi Cempedak Island, mengingatkan saya pada salah satu film masa kecil favorit saya, “Nim’s Island”, kisah gadis kecil bernama Nim yang hidup bersama ayahnya di pulau tropis tak berpenghuni. Tentunya, berbeda dengan Nim yang hanya ditemani singa laut dan burung pelikan, kehadiran saya di Cempedak disambut oleh senyuman puluhan staff yang dengan senang hati melayani dan berbagi kisah tentang pulau yang mereka sebut rumah.

Di sela ratusan flora Cempedak Island, puluhan bangunan unik berbahan bambu berdiri kokoh, menyatu dalam harmoni dengan alam sekitarnya. Mereka adalah mahakarya dari arsitek berbasis Bali, Miles Humphreys, yang bekerja sama dengan spesialis bambu Chiko Eirahadi dan Ketut Indra Saputra. Sejalan dengan filosofi eco-tourism, pemilihan bambu sebagai bahan utama berakar dari tingkat keramahan lingkungannya yang tinggi. Ia tidak mati ketika dipotong dan tumbuh lebih cepat daripada tanaman lainnya. Hampir seluruh bangunan di dalam pulau terbuat dari bambu, termasuk 21 vila, restoran, dan bar. 

Pemandangan dari vila Cempedak Island di malam hari. Foto: Nikoi & Cempedak Private Island.

Pemandangan surgawi menyambut begitu saya memasuki vila nomor 10, Seaview Villa dua lantai yang menempati posisi tertinggi di Cempedak Island. Seluruh vila Cempedak memiliki desain yang sama, dilengkapi satu kamar tidur dengan kamar mandi en-suite, powder room, dan kolam renang. Tak ada televisi di dalam vila. Namun, suara kicauan burung dan angin sepoi-sepoi senantiasa menemani. Di satu momen santai selagi memandangi lautan dari lantai dua, sepasang burung Oriental Pied Hornbill dengan warna hitam-putih dan paruh kuning khasnya seketika melintas di depan saya. Sungguh panorama memukau yang tidak terlupakan. 

Cempedak Island memiliki aturan adults-only yang ketat, menjadikannya destinasi sempurna bagi mereka yang mendambakan waktu privat bersama orang-orang terkasih. Di pagi hari, tamu dapat mengikuti kegiatan nature walk untuk mengenal flora dan fauna di sekitar pulau. Berbagai aktivitas outdoor seperti rock climbing, snorkeling, hingga kayaking juga dapat dilakukan. Jika ingin mengenal komunitas lokal lebih baik, tim Cempedak dapat mempertemukan Anda dengan Pak Musa, seorang mantan pemburu dugong yang siap membagikan kisahnya kepada para tamu. 

 

Perjalanan Transformatif di Nikoi Island

Cempedak dan Nikoi layaknya dua pulau yang bersaudara, tapi tak kembar. Sejak pembukaannya pada tahun 2007, Nikoi Island telah membangun reputasi kuat sebagai destinasi keluarga. Jika susana di Cempedak cenderung lebih tenang, Nikoi selalu diramaikan dengan canda tawa para tamu kecil yang berlarian bebas di sekitar pulau. 

Two Bedroom Pool Villa Nikoi Island. Foto: Nikoi & Cempedak Private Island.

Vila-vila di Nikoi Island terbuat dari kayu apung atau driftwood yang tersapu dari laut dan ditemukan di pantai sekitar. Menariknya, nelayan lokal turut berpartisipasi dalam pengumpulan kayu pada tahap pembangunan, di mana sebagian besarnya berasal dari kalong penangkapan ikan yang sudah tidak terpakai. 

Dalam lahan seluas 15 hektar, Nikoi memuat beragam jenis vila yang dapat mengakomodasi maksimal sembilan orang. Kali ini, Two Bedroom Pool Villa menjadi rumah saya untuk dua malam. Desain vila memang cukup sederhana, namun tetap menawan dengan segala keasliannya. Kamar pertama dengan kamar mandi en-suite di lantai satu memiliki akses langsung ke ruang bersantai dan kolam renang, sedangkan lantai dua dilengkapi master bedroom dan kamar mandi utama yang lebih luas. Tepat di depan kamar saya adalah Laut Cina Selatan, yang menyajikan pemandangan puluhan kapal-kapal besar serta kalong yang pada malam hari tampak seperti keramaian kota dengan cahaya lampunya. 

Interior Two Bedroom Pool Villa Nikoi Island. Foto: Nikoi & Cempedak Private Island.

Nikoi Island hidup di siang dan sore hari, ketika anak-anak menyerbu pantai untuk bermain pasir, memancing, maupun meloncat dari jetty menuju laut lepas—tentunya dengan pengawasan dari tim kids club. Di antara belasan aktivitas yang ditawarkan, saya menyempatkan diri untuk mengikuti Sustainability Tour sekaligus mencoba fasilitas zipline baru di jungle track. Tur dipimpin oleh Pak Darto, pakar Nikoi Island yang telah melihat perkembangannya sejak bangunan pertama. Dengan selipan candaan yang menghibur, Pak Darto memperkenalkan kami kepada para penghuni asli Nikoi, seperti laba-laba golden orb dan berang-berang laut yang berenang menuju pantai. Sembari mengelilingi pulau, Pak Darto pun menjelaskan cara kerja kolam renang tanpa klorin, solar panel, dan penampungan air hujan yang digunakan untuk menyuplai air di seluruh pulau, menjadikan tur kami menyenangkan sekaligus bermanfaat.

 

Keramahan, Kuliner, dan Dedikasi Keberlanjutan tak Tertandingi

Sejak menginjakkan kaki di Nikoi dan Cempedak, keramahan dan kesigapan para staf mengikuti kemanapun saya pergi. Komunikasi dengan para staf dibumbui sentuhan personal, yang membuat setiap interaksi bermakna. Mereka tak akan ragu untuk menyapa Anda dengan nama dan berbagi cerita selama berjam-jam, yang tentunya memperkaya pengalaman menginap dengan wawasan lokal dan anekdot pribadi. Kala bercengkrama dengan keluarga asal Belanda di tepi api unggun, mereka mengakui bahwa interaksi inilah yang menarik mereka kembali ke Nikoi untuk keempat kalinya. “We’ve never found a place like this before,” sebut sang ibu.

Dari kedatangan hingga kepulangan, setiap detail dirancang dengan sempurna, termasuk dalam hal kuliner. Makanan disajikan tiga kali sehari, dengan menu-menu Indonesian fine dining dihidangkan dalam tiga course. Di sini, saya menemukan kreasi sajian Indonesian paling mengesankan yang pernah saya rasakan, seperti Grilled Prawn with Tinutuan (Bubur Manado) dan Lamb with Cassava Fried Cake yang kelezatannya masih terngiang hingga kini. Sosok di balik seluruh hidangan next-level Indonesian dishes ini adalah Chef Dika, seorang Anak Medan yang telah mendedikasikan 12 tahun berkarya di Nikoi dan Cempedak.  Kabar bahagianya, resep-resep karya Chef Dika dapat Anda temukan dalam buku Island Life: Recipes from Nikoi & Cempedak Island yang dijual di Periplus.

Crayfish Pasta karya Chef Dika. Foto: Nikoi & Cempedak Private Island.

Sustainability dan eco-friendly bukan sekadar embel-embel bagi Nikoi dan Cempedak. Sebagai salah satu pionir barefoot luxury dan pariwisata berkelanjutan di Bintan, seluruh operasional terpusat pada konsep keberlanjutan. Dari penggunaan panel surya hingga penggantian obor dengan lampu LED redup, perpaduan harmonis antara kenyamanan dan kepedulian lingkungan terpampang nyata, menetapkan standar baru untuk layanan hospitality ramah lingkungan. Vila-vila dirancang dengan cermat untuk memastikan kenyamanan, namun tetap mengedepankan kelestarian. Alih-alih menggunakan AC, kipas canggih berbahan bambu dengan sensor gerak digunakan untuk meminimalkan konsumsi energi. Semua sabun, deterjen, dan produk pembersih organik. Uniknya, lapangan tenis pun dibuat dengan permukaan rumput alami, yang semakin mengurangi jejak ekologi.

Memperkuat komitmennya, Nikoi dan Cempedak terlibat sebagai anggota dalam The Long Run, sebuah komunitas global bisnis pariwisata berbasis alam yang berdedikasi pada keberlanjutan holistik. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua pulau juga ikut mendukung Pemerintah Provinsi Riau dalam penetapan kawasan seluas 138.000 ha di sepanjang pantai Timur Bintan sebagai Kawasan Konservasi Laut. Selain lingkungan, Andrew dan para pemilik Nikoi turut berkontribusi pada masyarakat dengan mendirikan The Island Foundation, lembaga amal yang telah mendidik lebih dari 2.700 anak lokal sejak tahun 2010.

Walau ia bagaikan permata tersembunyi, Nikoi Private Island dan Cempedak Private Island nyatanya sangat mudah dijangkau untuk Anda dan seluruh masyarakat Indonesia. Setiap harinya, terdapat tiga penerbangan langsung dari Bandara Internasional Soekarno Hatta di Jakarta menuju Bandara Raja Haji Fisabilillah di Tanjung Pinang yang dapat mengantarkan Anda menuju kedua pulau surgawi ini. 

Khusus untuk Warga Negara Indonesia, Nikoi & Cempedak menawarkan paket eksklusif “Resident Package” yang menjamin pengalaman terlengkap dengan potongan harga. Berliburlah selama 4D3N bersama keluarga di Pulau Nikoi seharga Rp26.300.000 (dua dewasa dan dua anak) atau manjakan diri di Pulau Cempedak bersama pasangan hanya dengan Rp21.800.000 (dua dewasa). Paket termasuk akomodasi mewah, berbagai kegiatan pulau seperti spa dan zipline, perjalanan pulang-pergi menuju pulau dari titik penjemputan, serta santapan lezat yang disajikan tiga kali dalam satu hari. Pesan sebelum 31 Agustus 2024, untuk masa menginap hingga 19 Desember 2024.

Larutlah dalam ketenangan di antara hamparan pasir putih dan dedaunan hijau yang menanti Anda. Temukan informasi lebih lanjut di website nikoi.com dan cempedak.com. Lakukan reservasi melalui relax@nikoi.com dan relax@cempedak.com.

You may also like