Jika Anda ingin membeli, belilah. Jika Anda tidak ingin membeli, jangan membeli. Ini bukan soal apakah mereka menjual atau tidak.
Kutipan tersebut diutarakan oleh Joshua Ganjei, CEO European Watch Company, retailer jam tangan mewah Amerika yang berbasis di Newbury Street, Boston. Dia berbicara tentang filosofi perusahaan dan fakta bahwa tidak ada staf penjualan mereka yang bekerja dengan komisi. “Ini menjaga lingkungan bebas tekanan,” katanya kepada Robb Report. Hal itu mungkin ada benarnya, baik bagi karyawan maupun klien. Menurutnya, fokus mereka adalah persaingan dalam pelayanan. Mengangkat telepon setelah berdering berarti menangani hampir semua hal untuk klien, termasuk menangani masalah apapun segera. “Seperti yang Anda inginkan jika Anda menghabiskan banyak uang, bukan?”.
Pendekatan menyeluruh terhadap hubungan baik itulah yang membuat bisnis mereka tetap berjalan, sejak didirikan oleh ayahnya pada 1993. Albert Ganjei, mantan warga asli Teheran dengan latar belakang arsitektur dan teknik sipil, memutuskan mengejar hasratnya dan mengikuti minatnya pada horologi dengan membuka European Watch Company (EWC). Menariknya, pada waktu-waktu awal perusahaan berdiri, pembuat jam kelas menengah Frederique Constant adalah merek terlaris mereka. Menjadi distributor di AS, perusahaan fokus kepada para profesional muda yang mencari jam tangan bergaya tetapi terjangkau.
Setelah menjalankan perusahaan di tengah kesibukan pekerjaan sehari-harinya, pada 1996 Ganjei sepenuhnya terjun ke bisnis ini. Pada waktu itu, bisnis jam tangan mulai berkembang dan permintaan atas model yang lebih mewah mulai berdatangan, di samping permintaan jam tangan bekas. Albert Ganjei mulai mengarahkan bisnisnya ke arah pembuatan jam tangan kelas tinggi, menangani komplikasi besar, potongan berlian, dan merek independen. Hal itu terbukti menjadi kombinasi yang bertahan lama. Menurut Joshua Ganjei, hari ini perusahaan memiliki inventaris 100 persen dan ada sekitar 1000 jam tangan dalam stok mereka. Segala jenis jam tangan, mulai dari Patek Philippe, Rolex, Audemars Piguet, Ressence, hingga De Bethune, dapat ditemukan di brankas mereka.
Selama lebih dari tiga dekade di bawah ikat pinggang Albert Ganjei, bisnis ini masih terus berkembang, dan dengan Joshua Ganjei menjalankan sebagian besar bisnis sekarang, banyak perubahan positif terjadi. Sebuah situs web baru yang lebih rapi dan modern baru saja diluncurkan musim semi lalu. “Kami memiliki tampilan era 90-an dari ayah saya untuk waktu yang lama,” kata Joshua Ganjei.
EWC juga baru saja meluncurkan buku besar, The Connoisseur’s Guide to Fine Timepieces karya Robin Swithinbank bekerja sama dengan Assouline, di lingkungan Meatpacking di New York City. “Bagi saya, ini seperti mimpi, seperti mimpi besar,” ujar Ganjei tentang buku tersebut. “Itu seperti planet-planet yang berbaris. Ketika kami mendesain ulang situs, saya memberi tahun agen yang bekerja sama dengan kami dan ayah saya, ‘Ketika Assouline mendarat di situs web baru kami, saya ingin mereka mengatakan, kita akan membuat buku dengan orang-orang ini’.”
Tidak lama setelah merampungkan 80 persen pengerjaan buku, Assouline menghubungi untuk menggunakan arsip milik EWC. “Ini pada dasarnya adalah buku tentang jam tangan langka dan koleksi yang telah kami jual,” kata Joshua Ganjei. Sekitar seperempat isi buku mencakup koleksi pribadi keluarga Ganjei, termasuk Cartier Crash bertahtakan permata milik Joshua Ganjei yang luar biasa.
Terkenal memiliki selera dan hasrat yang sama besar terhadap jam tangan, Joshua (35 tahun) dan Albert Ganjei (71 tahun) rupanya sangat berbeda. Albert cukup pendiam, tapi hangat. Dia adalah orang di balik layar EWC yang telah membangun bisnisnya selama bertahun-tahun. “Dia bukan penjual,” kata Joshua tentang ayahnya. “Dia akan mengatakan, ‘Saya tidak pernah menjual apapun dalam hidup saya’.” Tapi semua orang tahu jika Albert lebih maju dari kebanyakan orang pada zamannya, terbukti dengan berdirinya salah satu perusahaan jam tangan pertama yang memiliki bisnis daring. Di sisi lain, Joshua adalah orang yang blak-blakan dan karismatik. Sebagaimana estafet antar generasi, Ganjei junior memiliki visi abad ke-21 yang sepenuhnya baru untuk perusahaan ini. Seperti sang ayah, Joshua juga melek teknologi. Dia meluncurkan aplikasi iPhone pertama di sektor jam tangan bekas yang menampilkan inventaris dan peningkatan nilai barang sesuai dengan tren industri. Namun diakui keduanya, hubungan ayah-anak ini bukan tanpa gesekan. “Pada akhirnya, Anda bekerja untuk bernegosiasi. Berhenti bertengkar saat di kantor, dan bertengkar di rumah,” ucap Joshua Ganjei sambil tertawa. “Terkadang juga ‘Saya pergi ke kiri dan Anda pergi ke kanan, tetapi saya memercayai Anda’, dan itu adalah pekerjaan yang sulit.”
Pada akhirnya, estafet dari generasi berpengalaman ke generasi baru sepenuhnya membuahkan hasil. Bila Ganjei senior membangun perusahaan bermodal kepercayaan kepada klien dan dealer, Joshua menyadari perlunya visibilitas, taktik pemasaran modern, dan cara baru untuk terhubung dengan kolektor. Bisnis telah berubah secara signifikan sejak tahun 90-an, dan karena adanya ledakan digital, melakukan bisnis sebagai dealer barang bekas menjadi lebih sulit dari sebelumnya. Bukan hanya tentang persaingan baru, tetapi juga karena pemalsuan semakin merajalela. Saat pengetahuan dibagikan secepat kilat, para pemalsu semakin mahir menyempurnakan pekerjaan mereka. Foto-foto yang merinci mempermudah mereka meniru detail terkecil jam tangan asli. “Kami baru-baru ini melihat beberapa jam tangan palsu yang luar biasa,” kata Joshua Ganjei. “Ada Rolex Daytona palsu yang sangat bagus beredar, sangat menakutkan. Ada Audemars Piguet Royal Oak palsu. Ini sangat, sangat, sangat bagus,”
Sekarang para pemalsu hampir mereplikasi jam tangan dengan sempurna. Pikirkan saja bagaimana berlian hasil lab dibandingkan dengan berlian asli. “Semakin menakutkan karena perusahaan-perusahaan ini kebanyakan dari China yang membeli peralatan Swiss,” kata Joshua Ganjei. “Bukan hanya palsu, mereka lebih seperti replika. Jika Anda menghabiskan $2000 hingga $4000 untuk mendapatkan AP palsu yang sangat bagus, hampir seperti AP asli. Ini menakutkan,” pungkasnya. Dalam beberapa kasus, mereka sebenarnya membeli barang asli, kemudian memindai bagian-bagiannya untuk membuat ulang barang baru semirip mungkin dengan aslinya. Mereka pada dasarnya mampu membuat ulang bagian-bagian ini menggunakan mesin yang sama. “Jadi, jika Anda bisa membuat ulang bagian-bagiannya, itu bukan hanya palsu, itu adalah salinan.” Terkadang ada barang palsu teramat bagus, yang dealer terkemuka pun tidak dapat membedakannya, dan tanpa disadari membawanya ke EWC. “Masalahnya orang-orang berbicara tentang barang palsu dan membandingkannya, kemudian para pemalsu melihat itu lalu memperbaikinya,” kata Joshua Ganjei merujuk artikel internet yang membandingkan barang palsu.
Lantas bagaimana EWC menyaring keberadaan barang palsu? Dikatakan Joshua Ganjei, “Saya telah menyentuh semua jam tangan, setiap hari selama 10 tahun. Ketika Anda melihat ini sepanjang waktu, Anda tahu bahwa ada sesuatu yang terasa dan terdengar salah.” Pengetahuan tersebut, dikombinasikan dengan tiga dekade keahlian ayahnya, membantu keluarga Ganjei memilah jam tangan yang buruk. Dan, Joshua menekankan, kepercayaan adalah bagian terbesar dari bisnis mereka. “Kami hanya mencoba menjadi lebih baik. Kami tidak butuh lokasi lain. Kami berfokus kepada pengendalian produk dengan lebih baik dan hanya beroperasi sebagai bisnis yang efisien. Itu lebih penting bagi kami,” ujarnya. Kondisi itu, setidaknya, adalah satu hal yang dapat disetujui oleh pasangan ayah-anak ini. “Entah ada atau tidak, tetapi jika Anda memiliki ketertarikan, Anda akan terlibat,” pungkas Joshua Ganjei.
Ditulis oleh: Paige Reddinger
Diterjemahkan oleh: Fazil Pamungkas