Studi Baru Mengungkapkan Perubahan Iklim dapat Mengganggu Masa Depan Pariwisata

Para peneliti dari MIT melaporkan bahwa jumlah "outdoor days" di negara tertentu dapat menurun drastis.
by Robb Report
0 comments

Cuaca yang menyenangkan adalah salah satu alasan orang bepergian. Akan tetapi, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa terbatasnya jumlah “outdoor days” atau hari yang cocok untuk aktivitas luar ruangan dapat memengaruhi pilihan destinasi wisata.

Sebuah makalah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Iklim MIT memperkenalkan cara inovatif untuk mengukur dampak perubahan iklim pada destinasi wisata di seluruh dunia, demikian dilaporkan Bloomberg pada hari Senin. Para peneliti memunculkan konsep “outdoor days” untuk memperkirakan berapa banyak waktu yang dimiliki negara tertentu untuk menikmati kegiatan di luar ruangan sepanjang tahun. Istilah ini sendiri didefinisikan sebagai periode 24 jam di mana cuaca dianggap sesuai bagi orang untuk menghabiskan waktu di luar ruangan.

“Perubahan jumlah outdoor days akan berdampak langsung pada bagaimana orang di seluruh dunia merasakan perubahan iklim,” ujar Elfatih Eltahir, profesor teknik lingkungan MIT, kepada Bloomberg.

Data penelitian menunjukkan bahwa negara-negara termasuk Rusia dan Kanada justru akan memiliki lebih banyak outdoor days pada tahun 2100, dengan cuaca musim semi yang muncul lebih awal. Prancis, Jerman, Austria, dan Inggris akan mengikutinya, dengan pertambahan tahunan antara 18 hingga 60 outdoor days pada akhir abad ini. Namun, para pemain ski mungkin tidak terlalu menyukai cuaca yang lebih sejuk.

Pada saat yang sama, Pantai Gading di Afrika Barat akan kehilangan outdoor days karena suhu yang sangat panas. “Ada perbedaan yang nyata antara negara-negara maju dan berkembang,” kata Yeonwoo Choi, peneliti postdoctoral di MIT dan anggota tim penelitian, kepada Bloomberg. Tempat wisata tropis populer seperti Republik Dominika akan mengalami penurunan terbesar dalam cuaca sedang sepanjang tahun, dengan 124 outdoor days lebih sedikit per tahun, sementara Meksiko, India, Thailand, dan Mesir akan kehilangan antara 55 dan 86 hari per tahun.

Demikian pula, Uni Emirat Arab diperkirakan akan kehilangan 85 outdoor days, dan tempat wisata Mediterania seperti Yunani mengalami hal serupa. Akibat gelombang panas yang menyengat antara bulan Mei dan September, ditambah dengan meningkatnya kekeringan dan kebakaran hutan, penelitian ini memperkirakan bahwa Yunani akan kehilangan lebih dari 30 outdoor days pada tahun 2100.

“Ini benar-benar menegaskan betapa besar dampak perubahan iklim terhadap sektor pariwisata,” tambah O’Shannon Burns, konsultan pariwisata berkelanjutan dan manajer program di Cornell University’s Center for Sustainable Global Enterprise, “dan pentingnya perencanaan aksi iklim di tingkat destinasi wisata.”

You may also like