Penulis terkenal asal Prancis, Anais Nin (21 Februari 1903 – Januari 1977) mengungkapkan, “We travel, some of us forever, to seek other states, other lives, other souls.” Sebuah momen perjalanan untuk menggali ragam pesona keindahan tempat wisata, tentunya dapat memperkaya hati, pikiran serta jiwa. Dan salah satu destinasi menawan yang patut Anda kunjungi yaitu Desa Penglipuran Kabupaten Bangli, Bali, yang sarat dengan arsitektur tradisional, adat istiadat serta penghormatan pada lingkungan alam.
Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNWTO merilis 54 desa terbaik di dunia pada 2023. Desa- desa itu tersebar di berbagai belahan dunia, seperti Hakuda di Jepang, Lerici di Italia dan Slunj di Kroasia. Tak semua desa terbaik ada di luar negeri, Desa Penglipuran di Pulau Dewata Bali juga dinobatkan dalam daftar desa terbaik di dunia versi UNWTO 2023.
Desa Penglipuran adalah salah satu dari sembilan desa adat di Bali. Lokasinya berada di Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli dan berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar. Menurut legenda setempat, desa ini sudah ada sejak 700 tahun lalu, yaitu pada zaman Kerajaan Bangli. Sebagai desa adat, masyarakat Desa Penglipuran memegang kuat tradisi nenek moyang yang sudah berumur ratusan tahun. Mereka juga mempertahankan arsitektur tradisional, melestarikan budaya dan tradisi, melakukan tata kelola pariwisata yang mendukung keberlanjutan ekonomi, sosial dan melindungi keanekaragaman hayati.
Namun, Penglipuran bukan desa yang hanya mempertahankan sisi tradisionalnya. Desa ini juga berkembang seiring urbanisasi dan globalisasi. UNWTO menilai warga Penglipuran mampu menyeimbangkan pembangunan modern dengan nilai- nilai adat istiadat, pelestarian alam, warisan budaya serta kearifan lokal.
Bagi para wisatawan, berkunjung ke Desa Penglipuran terasa sangat menyatu dengan alam. Datang bersama keluarga atau pasangan, menelusuri jalanan bebatuan, sunyi, harum dan segar. Jauh dari keriuhan kota dan kepadatan lalu lintas. Sungguh menenangkan jiwa. Nuansa keindahan kian sempurna saat memasuki desa, deretan tanaman hijau dan bunga warna-warni, seperti bugenvil, kembang sepatu, mawar, dan kamboja akan menyambut. Semakin masuk ke dalam, pemandangan desa terlihat menyegarkan mata, udara kian sejuk. Sementara, kicau burung di alam bebas seperti mengucap selamat datang.
Saat lelah di perjalanan, Anda bisa singgah di warung makan yang ada di dalam desa atau bersantai sejenak di banjar adat di pertengahan permukiman. Kehangatan dan keramahan penduduk desa menyambut. Ragam kuliner unik tersedia yaitu loloh cemcem dan tipat cantok. Loloh cemcem merupakan minuman khas yang terbuat dari daun cemcem atau daun kloncing yang berkhasiat melancarkan pencernaan dan menyegarkan tubuh. Minuman dibuat secara tradisional dan tidak menggunakan pengawet atau pemanis buatan. Untuk makanan, Desa Penglipuran memiliki satu menu andalan yakni tipat cantok. Kudapan satu ini merupakan makanan yang terdiri dari ketupat dan sayuran rebus yang kemudian disajikan bersama bumbu kacang lezat.
Selain predikat desa terbersih di dunia, Desa Penglipuran juga mendapat beberapa penghargaan bergengsi lain, seperti Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) pada 2017 dan Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.
Menjelajah Desa Penglipuran, Anda akan mendapat pengalaman liburan otentik yang memberikan inspirasi bagi upaya pelestarian alam. Pesona ini tercermin saat menyusuri hutan bambu yang luasnya mencapai 45 hektar atau sekitar 40 persen dari luas keseluruhan Desa Penglipuran. Hutan bambu yang mengelilingi desa terus dijaga dan dilestarikan hingga saat ini sebagai warisan dari para leluhur dan wujud nyata dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Masyarakat setempat juga percaya, hutan bambu ini adalah bagian dari awal sejarah keberadaan mereka. Hutan bambu ini bukan hanya memperindah, namun juga memiliki fungsi sebagai kawasan resapan air dan pelindung desa.
Melestarikan arsitektur tradisional, budaya dan ritual keagamaan adalah kekuatan lain dari warga Desa Penglipuran yang diakui organisasi pariwisata dunia PBB (UNWTO). Hal ini terlihat dari ciri khas tata ruang Desa Penglipuran yang mengikuti konsep Tri Mandala, di mana desa dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Utama Mandala sebagai wilayah suci untuk para dewa dan peribadatan. Madya Mandala digunakan sebagai tempat tinggal. Sementara Nista Mandala menjadi areal khusus pemakaman.
Terdapat tiga pura di kawasan Desa Wisata Penglipuran, yaitu Pura Penataran, Pura Dalem, dan Pura Puseh. Di sini, Anda dapat menyaksikan berbagai perayaan adat menarik, seperti perayaan Galungan, Ritual Ngusaba untuk menyambut Hari Raya Nyepi, atau rutinitas sembahyang yang sudah diajarkan para tetua adat dan merupakan ajaran yang diwariskan para leluhur.
Pesona lain yang ditawarkan Desa Penglipuran adalah festival budaya yang disebut Penglipuran Village Festival. Acara ini biasanya digelar pada akhir tahun dengan rangkaian kegiatan beragam, mulai dari parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang untuk tolak bala, parade seni budaya, dan sebagainya. Setiap agenda ini diadakan, wisatawan sangat antusias ke Desa Penglipuran untuk menyaksikan berbagai kegiatan yang memamerkan kreativitas seni dan budaya khas Bali.
Dengan segala keindahan alam, keunikan budaya, dan tradisi adat yang masih kental, keberagaman dan kehidupan senantiasa menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang ke Desa Penglipuran menjelajahi semua pesona keistimewaannya.