Pada 5 Juli 2022, Presiden Joko Widodo memimpin jalannya Upacara Peringatan ke-76 Hari Bhayangkara Tahun 2022 di Lapangan Bhayangkara, Akademi Kepolisian, Semarang. Presiden didampingi sang istri, Iriana Joko Widodo yang tampil begitu anggun. Ibu negara mengenakan kebaya berwarna putih, dipadukan dengan samping motif batik.
Satu hal yang cukup menarik perhatian dari penampilan Iriana kala itu adalah sebuah aksesori emas yang terpasang di dadanya. Terlihat begitu kontras dengan kebaya putih yang dikenakannya, keberadaan hiasan itu memancarkan keanggunan dan kemewahan. Diketahui, aksesori itu dibuat oleh merek perhiasan lokal asal Bali, yaitu Subeng Klasik.
Subeng Klasik didirikan pada 2019 oleh Nyemas Indah Nabilla. Berbasis di Sanur, Bali, merek perhiasan ini mengkhususkan diri pada gaya klasik Indonesia. Kata Subeng dalam bahasa Bali merujuk pada “anting-anting dengan bagian belakang memanjang yang biasa dipakai untuk melengkapi kostum tradisional”. Kata Subeng sendiri berasal dari istilah Jawa Suwung, melambangkan “kekosongan yang datang dari keselarasan dengan alam”.
Subeng Klasik hadir sebagai bagian dari upaya pelestarian kebudayaan Bali. Selama beberapa dekade, industri perhiasan lokal di Bali telah menjadi salah satu ikon ekonomi budaya yang berkembang melalui sektor pariwisata. Namun, ketika pandemi melanda, pariwisata di Bali mengalami kelumpuhan, sehingga masyarakat dilanda kebuntuan ekonomi. Pada waktu inilah Subeng Klasik terlahir, menjaga industri lokal tetap hidup.
Pendiri Subeng Klasik, Nyemas Indah Nabilla, menempuh studi Seni Rupa Murni di Institut Kesenian Jakarta, dengan minat khusus kepada bahan-bahan kuno dan budaya visual. Kecintaannya akan gaya vintage Nusantara sangat memengaruhi model perhiasan Subeng Klasik. Banyak produk mereka yang terinspirasi dari relief kuno, literatur arkeologi, dan kitab kuno kerajaan-kerajaan Nusantara. Bahkan beberapa di antaranya merupakan hasil kreasi ulang artefak kerajaan.
Proses produksi perhiasan Subeng Klasik dilakukan di Bali. Mulanya, sang pemilik bekerja bersama perajin lokal dari Gianyar dan Celuk. Dia menangani urusan desain secara langsung, baik hasil karyanya sendiri atau pesanan khusus. Kemudian menyalurkannya ke para perajin untuk proses produksi.
Selain memproduksi aksesori dan perhiasan, Subeng Klasik melakukan restorasi dan daur ulang perhiasan antik. Mereka hanya berfokus kepada aksesori antik dengan gaya klasik Indonesia dan harus melalui proses yang ketat terhadap bentuk, ukiran, dan gaya budaya untuk menentukan kelayakannya.
Dalam proses restorasi, Subeng Klasik memperbaiki bagian-bagian yang hilang atau patah, mencelupkan ke dalam emas atau perak, dan terkadang menambahkan permata baru sebelum siap untuk dijual. Selain itu, dalam proses daur ulang, Subeng Klasik memanfaatkan logam-logam bekas untuk meminimalkan limbah bekas produksi.
Subeng Klasik telah menjadi ikon perhiasan lokal yang begitu digemari. Para peminatnya datang dari berbagai kalangan, mulai dari artis, penyanyi, influencer, para penikmat perhiasan, hingga istri-istri pejabat. Produk mereka pun tidak terbatas hanya digunakan wanita saja, banyak pria yang merasa cocok dengan produk Subeng Klasik. Tidak heran jika merek perhiasan lokal ini mampu bersaing dengan brand internasional. Keunikan model dan filosofi di baliknya, memberi Subeng Klasik kesan yang tak ternilai.
“Inti dari cita-cita sederhana Subeng Klasik pada akhirnya adalah agar semua orang dapat memiliki salah satu produk kebudayaan Nusantara hingga dapat timbul rasa memiliki dari kebudayaan tersebut, yang di mana diharapkan kelak menjadi bibit rasa bangga terhadap bangsa,” tulis Subeng Klasik dalam lama resminya subengklasik.com.