Siapa bilang keberlanjutan dan kecepatan tidak bisa berjalan beriringan?
Racer baru saja meluncurkan era baru untuk helikopter berkecepatan tinggi, lebih tepatnya versi teranyar dari pesawat dengan desain campuran. Pertama kali diumumkan pada 2017, pesawat eksperimental Airbus ini baru saja melakukan penerbangan pertamanya di depan publik Marseille, Prancis. Hasilnya cukup memuaskan, pesawat mampu mencapai target kinerja yang diharapkan. Raksasa kedirgantaraan itu pun memastikan keberlanjutan untuk pesawat barunya.
”Tujuan Racer bukan untuk terbang secepat mungkin,” kata Julien Guitton, pimpinan program helikopter Racer dalam sebuah pernyataan. “Kami ingin menawarkan kemampuan operasional lebih baik dengan harga yang tepat untuk misi di mana kecepatan benar-benar menjadi aset.”
Dengan kata lain, pungkas Guitton, kecepatan itu penting tetapi bukan fitur yang paling penting. Klien menginginkan helikopter yang cepat, tetapi “kecepatan dengan harga berapa pun, tidak menarik bagi siapa pun,” lanjutnya.
Racer diluncurkan sebagai bagian dari program Clean Sky 2 Eropa. Bersama Airbus, program ini melibatkan 40 perusahaan mitra dari 13 negara Eropa. Proyek dimulai dengan tujuan sangat ambisius: mencapai pengurangan konsumsi bahan bakar dan emisi CO2 sebesar 20% dibandingkan dengan helikopter konvensional dengan berat yang sama. Selain itu, para perancang ingin Racer memiliki pengurangan yang signifikan dalam kebisingan dan getaran.
Untuk mencapai hal tersebut, para pengembang menciptakan apa yang mereka sebut desain “compound”, melibatkan kombinasi tidak biasa dari rotor helikopter, sayap tetap, badan pesawat aerodinamis, dan baling-baling belakang yang menghadap ke belakang. Racer juga memiliki propulsi hibrida bersama dengan sistem manajemen mesin khusus dan autopilot.
Racer menggunakan sistem manajemen mesin yang mampu meningkatkan pengeluaran propulsi ke tingkat paling efisien dalam kecepatan dan konsumsi bahan bakar. Melalui beberapa simulasi pada bulan April lalu, prototipe pesawat ini sukses memenuhi tujuan awal uji kinerja dan efisiensi desain. Airbus mengatakan jika konfigurasi pesawat ini menghasilkan konsumsi bahan bakar 20% lebih rendah per mil pada kecepatan 180 knot (207,14 mph) dibandingkan dengan helikopter konvensional pada 130 knot (149,6 mph).
Keunggulan lain yang berhasil dikembangkan dari helikopter baru ini, sebagai bagian dari penghematan bahan bakar adalah sistem hibrida. Pada dasarnya pesawat ini dijalankan oleh dua mesin sekaligus. Tetapi adanya sistem hibrida listrik Safran Eco-Mode membuat Racer dapat menonaktifkan salah satu dari dua mesin Aneto-1x miliknya saat dalam mode jelajah. “Mesin ini seketika dapat dinyalakan kembali jika diperlukan,” kata Guitton. “Pesawat akan terbang sedikit lebih lambat dibandingkan saat kedua mesin berjalan bersama, tetapi tetap akan lebih cepat ketimbang helikopter konvensional.”
Racer memiliki kecepatan maksimum potensial di 248,5 mph, lebih lambat dari kecepatan maksimum Eurocopter X3 —pesawat eksperimental yang menjadi dasar Racer— yang mencapai 293 mph. Namun, lebih cepat sekitar 100 mph daripada helikopter eksekutif Airbus, ACH160. Meski begitu, efisiensi bahan bakar Racer jauh lebih unggul ketimbang helikopter lainnya.
Sayap Racer dioptimalkan untuk semua fase penerbangan, berkat flaps di tepi belakang. Sayap ini juga mengambil 40% beban dari rotor untuk mengurangi getaran, yang menurut Guitton, akan membuatnya lebih nyaman daripada kebanyakan helikopter lainnya. Banyak desain eVTOL baru juga menggabungkan sayap tetap dan rotor yang dapat berputar untuk memungkinkan lepas landas dan pendaratan vertikal, serta penerbangan maju yang efisien.
Ditulis oleh: Daniel Cote
Diterjemahkan oleh: Fazil Pamungkas