Kopi Gayo dari Nusantara Kini Mendunia

Tanah Gayo, Aceh Tengah dikenal tak hanya memiliki kawasan dataran tinggi indah dan adat budaya kental, tapi juga sebagai sentra penghasil kopi terbaik dunia.
by Robb Report
0 comments

Kopi, senja dan danau. Ketiga hal istimewa itu bisa ditemukan di Bur Telege destinasi wisata terkenal, kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah. Di sana Anda dapat menikmati secangkir Kopi Gayo sambil menyaksikan pemandangan menawan dari Danau Laut Tawar seraya mengantar matahari pulang.

Aktivitas minum kopi sudah jadi rutinitas, bagi warga Tanah Gayo. Tak sekadar minuman penahan kantuk dan pembangkit semangat, kopi bagaikan ritual budaya yang turun temurun dijaga kelestariannya. Dalam satu dekade ke belakang, nama Kopi Gayo (Gayo Coffee) kian mendunia.

Hal ini tercermin dari nilai ekspor komoditi Kopi Gayo Aceh periode Januari – Desember 2022 lalu mencapai 89,4 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp1,3 triliun, dari jumlah kopi yang diekspor sekitar 14.869 ton. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu hanya senilai 72,3 juta dolar Amerika Serikat, atau sekitar Rp1 triliun, meningkat sebesar 30 persen. Kopi Gayo sudah diekspor ke lebih 100 negara. Paling banyak dikirim ke pasar Amerika Serikat dan Eropa seperti Belanda, Jerman, Swiss, Prancis. Selain itu ke Tiongkok, Korea, Jepang, Singapura, Malaysia. Negaranegara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab, Qatar dan Turki juga melirik Kopi Gayo dari Serambi Mekkah.

Keberhasilan Kopi Gayo menembus pasar global tak lain karena kemampuannya mempertahankan lima faktor penting yang sesuai standar produk internasional. Hal ini meliputi selalu terjaganya kualitas, kuantitas, keberlanjutan, kredibilitas dan konsistensi. Tak heran, Indonesia saat ini tercatat merupakan negara penghasil kopi terbesar ke-3 dunia setelah Brazil dan Vietnam.

Foto: Shutterstock.

Mengulas sejarah, tanaman kopi ini telah dibudidayakan di dataran tinggi Gayo sejak abad ke-17. Biji kopi varietas Arabika ini awal penyebaran dibawa para pedagang dari Eropa dan pemerintah kolonial Hindia Belanda di Aceh dan ditanam serta tumbuh subur di wilayah dataran tinggi kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Pada awalnya, Kopi Gayo hanya dinikmati kalangan bangsawan dan kelompok kaya, tetapi dalam perjalanannya menjadi bagian dari ritual kehidupan budaya dan adat masyarakat Aceh.

Kopi Gayo bukan lagi komoditas semata, melainkan bak roh bagi banyak orang, terutama anak muda di Aceh, tanpa kopi, hidup terasa hampa. Apresiasi pada kopi mendorong anak muda terlibat dalam ekosistem kopi antara lain, sebagai barista dan pemilik kafe atau kedai kopi. Saat ini banyak kafe atau kedai kopi bermunculan untuk memenuhi pasar kelompok dominan yaitu anak muda. Para anak muda ini bahkan rela mengeluarkan 3 hingga 6 persen penghasilannya per bulan untuk mengonsumsi kopi. Sebab Kopi Gayo telah menjadi bagian dari gaya hidupnya.

 

Keunggulan Cita Rasa

Kopi Gayo memiliki cita rasa khas, yaitu rasa yang kuat, sedikit asam, dan memiliki aroma rempah-rempah. Hal ini yang membuat variasi Kopi Gayo menjadi sangat digemari oleh para pecinta kopi di seluruh dunia.

Kenikmatan kopi Gayo dimulai dari rasanya yang kuat dan berkarakter. Bubuk kopi yang sudah digiling memiliki rasa yang tidak pahit serta tingkat keasaman rendah, dan memiliki sedikit sentuhan rasa manis. Ada sentuhan nutty cenderung buttery dengan aroma rempah yang wangi. Makanya, Kopi Gayo ini seringkali dijadikan sebagai bahan campuran berbagai house blend coffee. Kopi Gayo paling cocok ditanam di ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Tinggi atau rendah lokasi perkebunan kopi akan menentukan cita rasanya.

Umumnya, Kopi Gayo diolah dengan menggunakan metode pengolahan basah (wet processing). Proses ini dimulai dengan penerimaan buah kopi yang telah matang (merah) dari petani. Buah kopi yang telah diterima kemudian dipisahkan dari tangkainya dan dicuci dengan air bersih, kemudian dikupas kulitnya menggunakan mesin pulping, dengan tujuan memisahkan biji kopi dari daging buah dan kulitnya.

Foto: Shutterstock.

Biji kopi yang telah dikupas kemudian direndam dalam air selama 24 hingga 48 jam. Proses perendaman ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa daging buah yang masih menempel pada biji kopi. Setelahnya, biji kopi kemudian dicuci kembali dengan air bersih dan difermentasi selama 12 hingga 24 jam, agar protein yang terdapat pada biji kopi dapat terpecah. Usai proses fermentasi pun, biji kopi dicuci kembali, baru dijemur di bawah sinar matahari hingga kadar airnya mencapai 12 hingga 13%.

Selama proses pencucian biji kopi, hanya menggunakan air dari pegunungan, karena kualitas dan kejernihannya yang baik serta tidak mengandung zat kimia yang dapat merusak keunikan cita rasa kopi.

 

Ragam Kopi Gayo

Kopi Gayo memiliki beberapa jenis varian, Kopi Arabika Gayo merupakan jenis Kopi Gayo yang paling terkenal. Kopi ini memiliki cita rasa kuat, sedikit asam, dan memiliki aroma rempah-rempah. Lalu Kopi Robusta Gayo yang memiliki rasa lebih kuat dan sedikit pahit dibandingkan Kopi Arabika Gayo. Kopi ini cocok untuk dinikmati para pecinta kopi bercita rasa kuat. Jenis lainnya adalah Kopi Liberika Gayo yang memiliki rasa lebih ringan dan memiliki aroma buah-buahan. Kopi ini cocok untuk dinikmati para pecinta kopi muda bercita rasa modern. Petani Gayo Aceh Tengah kini tengah mengembangkan tiga varietas unggul Kopi Gayo yakni Gayo 1, Gayo 2, dan P88. Pengakuan dunia terhadap ketiga varietas ini semakin menegaskan posisi Kopi Gayo sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Dunia Mencintai Kopi Gayo

Meski sudah lama menembus pasar internasional, Kopi Gayo baru benar-benar menarik perhatian setelah gerai kopi ternama, Starbucks mulai menjajaki kerja sama untuk menggunakan biji Kopi Gayo. Bahkan pada 2021, Aceh Tengah berhasil mengekspor lebih dari 18 ton Kopi Gayo hanya untuk Starbucks wilayah Amerika Serikat. Kopi Gayo yang dijual oleh Starbucks berasal dari perkebunan Kopi Gayo yang telah tersertifikasi dan sudah mendapatkan Fair Trade Certified dari Organisasi Internasional Fair Trade.

Selain itu, beberapa tokoh dunia juga menyatakan kecintaannya pada Kopi Gayo. Misalnya Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama saat datang ke Indonesia pada 2017 dan mengunjungi Aceh, mengatakan Kopi Gayo adalah salah satu kopi terbaik yang pernah dicicipi. Jamie Oliver, selebritas asal Inggris, juga pernah mengungkapkan kecintaannya pada Kopi Gayo. Ia mengatakan, Kopi Gayo memiliki cita rasa yang unik dan berkelas. Matt Damon, Angelina Jolie, dan Leonardo DiCaprio juga menyatakan, Kopi Gayo adalah kopi premium yang cocok untuk dinikmati di berbagai kesempatan istimewa.

Foto: Shutterstock.

Pengakuan dunia terhadap kualitas rasa dan aroma Kopi Gayo yang memikat, mendorong diraihnya beragam penghargaan internasional, seperti The Great Taste Awards 2022, Cup of Excellence 2022, hingga The Specialty Coffee Association (SCA) Award 2022. Penghargaan ini membuktikan, Kopi Gayo merupakan kopi premium berkualitas tinggi yang disukai konsumen luar negeri dan mampu bersaing dengan kopi-kopi terbaik dunia. Tak hanya itu, kualitas Kopi Gayo sudah diakui oleh dunia sebagai kopi terbaik melalui sertifikat Indikasi Geografis sebagai kopi organik yang memenuhi standar internasional terkait pelestarian alam dan pembangunan berwawasan lingkungan. Sertifikasi Geografis ini diakui secara internasional oleh organisasi perdagangan global, The World Trade Organization (WTO).

 

Menggerakkan Ekonomi

Keberadaan Kopi Gayo dengan segala keistimewaan cita rasa bukan hanya memukau seni kuliner dunia, tapi juga menjadikan Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah produksi kopi terbesar di Indonesia serta mampu membangkitkan pelaku ekonomi dan usaha kecil. Hal ini terlihat, dalam sepuluh tahun terakhir warung kopi, kedai dan kafe yang menyajikan minuman Kopi Gayo tumbuh sangat cepat. Bertebaran di sudut kota dan menjelma menopang roda penggerak ekonomi kota.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Banda Aceh tahun 2023 jumlah kedai kopi yang terdaftar mencapai 303 unit, bertambah dari 230 unit pada 2017. Namun di luar itu warung kopi skala kecil yang tak terdaftar jauh lebih banyak. Warung kopi di Aceh bukanlah sekadar tempat berkumpul, tapi menjadi ruang publik dan urat nadi ekonomi kota. Perputaran uang dari bisnis kedai kopi atau warung kopi mencapai ratusan juta sehari.

Guna memperkuat keberadaan citra Kopi Gayo serta lebih menggerakkan pariwisata daerah Aceh, pemerintah daerah pun bekerja sama dengan Gayo Kultural Lab dan masyarakat desa setempat menggelar acara Festival Kopi Gayo setiap tahunnya. Mengambil momen panen raya kopi di perkebunan rakyat Aceh Tengah pada bulan Mei dan November, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ajang pemasaran kopi, seni dan budaya.

Foto: AdobeStock.

Digelarnya Festival Kopi Gayo para wisatawan dalam dan luar negeri tentunya dapat datang melihat langsung ke kebun kopi dan dari sana terjadi transaksi pemesanan rutin Kopi Gayo. Dengan demikian petani dan calon konsumen dapat bertemu langsung sehingga memperpendek rantai pasar dari yang sebelumnya panjang. Melalui ajang festival budaya yang berlangsung tiga hari ini, sektor pariwisata dan geliat UMKM di Aceh dapat bangkit dan lebih menggerakkan roda perekonomian daerah.

You may also like